Skip to main content

Macam-macam Tembang dan Paugeran Tembang

MACAM-MACAM TEMBANG
Ada beberapa jenis tembang macapat. masing-masing jenis tembang tersebut memiliki aturan berupa guru lagu dan guru wilangan masing-masing yang berbeda-beda. Yang paling dikenal umum ada 11 jenis tembang macapat. Yaitu, Pucung, Megatruh, Pangkur, Dangdanggula, dll. Lebih lengkap nya sebagai berikut.
1.      Pangkur berasal dari nama punggawa dalam kalangan kependetaan seperti tercantum dalam piagam-piagam berbahasa jawa kuno. Dalam Serat Purwaukara, Pangkur diberiarti buntut atau ekor. Oleh karena itu Pangkur kadang-kadang diberi sasmita atau isyarat tut pungkur berarti mengekor dan tut wuntat berarti mengikuti.
2.      Maskumambang berasal dari kata mas dan kumambang. Mas dari kata Premas yaitu punggawa dalam upacara Shaministis. Kumambang dari kata Kambang dengan sisipan – um. Kambang dari kata Ka- dan Ambang. Kambangselain berarti terapung, juga berarti Kamwang atau kembang. Ambang ada kaitannya dengan Ambangse yang berarti menembang atau mengidung. Dengan demikian, Maskumambang dapat diberi arti punggawa yang melaksanakan upacara Shamanistis, mengucap mantra atau lafal dengan menembang disertai sajian bunga. Dalam Serat Purwaukara, Maskumambang diberi arti Ulam Toya yang berari ikan air tawar, sehingga kadang-kadang di isyaratkan dengan lukisan atau ikan berenang.
3.      Sinom ada hubungannya dengan kata Sinoman, yaitu perkumpulan para pemuda untuk membantu orang punya hajat. Pendapat lain menyatakan bahwa Sinom ada kaitannya dengan upacara-upacara bagi anak-anak muada zaman dahulu. Dalam Serat Purwaukara, Sinom diberi arti seskaring rambut yang berarti anak rambut. Selain itu, Sinom juga diartikan daun muda sehingga kadang-kadang diberi isyarat dengan lukisan daun muda.
4.      Asmaradana berasal dari kata Asmara dan Dhana. Asmara adalah nama dewa percintaan. Dhana berasal dari kata Dahana yang berarti api. Nama Asmaradana berkaitan denga peristiwa hangusnya dewa Asmara oleh sorot mata ketiga dewa Siwa seperti disebutkan dalam kakawin Smaradhana karya Mpu Darmaja. Dalam Serat Purwaukara, Smarandana diberi arti remen ing paweweh, berarti suka memberi.
5.      Dhangdhanggula diambil dari nama kata raja Kediri, Prabu Dhandhanggendis yang terkenal sesudah prabu Jayabaya. Dalam Serat Purwaukara, Dhandhanggula diberi arti ngajeng-ajeng kasaean, bermakna menanti-nanti kebaikan.
6.      Durma dari kata jawa klasik yang berarti harimau. Sesuai dengan arti itu, tembangDurma berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana seram.
7.      Mijil berarti keluar. Selain itu , Mijil ada hubungannya dengan Wijil yang bersinonim dengan lawang atau pintu. Kata Lawang juga berarti nama sejenis tumbuh-tumbuhan yang bunganya berbau wangi. Bunga tumbuh-tumbuhan itu dalam bahasa latin disebut heritiera littoralis.
8.      Kinanthi berarti bergandengan, teman, nama zat atau benda , nam bunga. Sesuai arti itu, tembang Kinanthi berwatak atau biasa digunakan dalam suasana mesra dan senang.Gambuh berarti ronggeng, tahu, terbiasa, nama tetumbuhan. Berkenaan dengan hal itu, tembang Gambuh berwatak atau biasa diguanakan dalam suasana tidak ragu-ragu.
9.      Pucung adalah nama biji kepayang, yang dalam bahasa latin disebut Pengium edule. Dalam Serat Purwaukara, Pucung berarti kudhuping gegodhongan ( kuncup dedaunan ) yang biasanya tampak segar. Ucapan cung dalam Pucung cenderung mengacu pada hal-hal yang bersifat lucu, yang menimbulkan kesegaran, misalnya kucung dan kacung. Sehingga tembang Pucung berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.
10.  Megatruh berasal dari awalan am, pega dan ruh. Pegat berarti putus, tamat, pisah, cerai. Dan ruh berarti roh. Dalam Serat Purwaukara, Megatruh diberi arti mbucal kan sarwa ala ( membuang yang serba jelek ). Pegat ada hubungannya dengan peget yang berarti istana, tempat tinggal. Pameget atau pamegat yang berarti jabatan. Samgat atau samget berarti jabatan ahli, guru agama. Dengan demikian, Megatruh berarti petugs yang ahli dalam kerohanian yang selalu menghindari perbuatan jahat.

Ada pula yang memasukkan tembang gede dan tembang tengahan ke dalam macapat. Tembang-tembang tersebut antara lain
1.      Wirangrong berarti trenyuh ( sedih ), nelangsa ( penuh derita ), kapirangu ( ragu-ragu ). Namun dalam teks sastra, Wirangrong digunakan dalam suasana berwibawa.
2.      Jurudemung berasal dari kata juru yang berarti tukang, penabuh, dan demung yang berarti nama sebuah perlengkapan gamelan. Dengan demikian, Jurudemung dapat berarti penabuh gamelan. Dalam Serat Purwaukara, Jurudemung diberi arti lelinggir kang landep atau sanding (pisau) yang tajam.
3.      Girisa berarti arik (tenang), wedi (takut), giris (ngeri). Girisa yang berasal dari bahasa Sansekerta, Girica adalah nama dewa Siwa yang bertahta di gunung atau dewa gunung, sehingga disebut Hyang Girinata. Dalam Serat Purwaukara, Girisa diberi arti boten sarwa wegah, bermakna tidak serba enggan, sehingga mempunyai watak selalu ingat.
4.      Balabak, dalam Serat Purwaukara diberi arti kasilap atau terbenam. Apabila dihubungkan dengan kata bala dan baka, Balabak dapat berarti pasukan atau kelompok burung Bangau. Apabila terbang, pasukan burung Bangau tampak santai. Oleh karena itu tembang Balabak berwatak atau biasa digunakan dalam suasana santai.

PAUGAREN TEMBANG MACAPAT
Tembang macapat kadhapuk kanthi paugeran guru gatra, guru wilangan lan guru lagu.

a. Guru gatra       : cacahing gatra/larik ing saben pada

b. Guru wilangan : cacahing wanda ing saben sagatra

d. Guru lagu        : tibaning swara ing pungkasaning gatra


Guru gatra, guru wilangan lan guru lagune tembang macapat macapat:

1. Mijil                   : Kedadeyan saka 6 gatra : 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u 

2. Kinanthi             : Kedadeyan saka 6 gatra : 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i 

3. Sinom                : Kedadeyan saka 9 gatra : 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, 8i, 12a 

4. Asmaradana      : Kedadeyan saka 7 gatra : 8a, 8a, 8e, 8a, 7a, 8u, 8a 

5. Dhandhanggula  : Kedadeyan saka 10 gatra : 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, 6u, 8a, 12e, 7a

6. Gambuh            : Kedadeyan saka 4 gatra : 7u, 10u, 12i, 8o

7. Maskumambang: Kedadeyan saka 4 gatra : 12i, 6a, 8i, 8a

8. Durma               : Kedadeyan saka 7 gatra : 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, 7a 

9. Pangkur             : Kedadeyan saka 7 gatra : 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, 8i 

10. Megatruh         : Kedadeyan saka 5 gatra : 12u, 8i, 8u, 8i, 8o

11. Pocung            : Kedadeyan saka 4 gatra : 12u, 6a, 8i, 12a

Tuladha Tembang Macapat:

Mijil
Poma kaki padha dipun eling
Ing pitutur ingong
Sira uga satriya arane
Kudu anteng jatmika ing budi
Ruruh sarta wasis
Samubarang tanduk

Sinom
Nulada laku utama
Tumraping wong tanah Jawi
Wong Agung ing Ngeksianda
Panembahan Senapati
Kepati amarsudi
Sudaning hawa lan nenpsu
Pinesu tapa brata
Tanapi ing siyang ratri
Amemangun karyenak tyas ing sasama
Kinanthi
Saranane wong yun luhung
Betah tapa kurang guling
Elinga solah jatmika
Yen wicara kudu manis
Murih sengseming sasama
Samaning manungsa sami

Dhandanggula
Lamun sira anggeguru kaki
Amiliha manungsa kang nyata
Ingkang becik martabate
Sarta kang wruh ing hukum
Kang ngibadah lan kang wirangi
Sokur oleh wong tapa
Ingkang wus amungkul
Tan mikir pawewehing lyan
Iku pantes sira guranana kaki
Sartane kawruh ana

Asmaradana
Aja turu sore kaki
Ana dewa nganglang jagal
Nyangking bokor kencanane
Isine donga tetulak
Sandang kalawan pangan
Yaiku bageyanipun
Wong melek sabar narima

Gambuh
Aja nganti kabanjur
Barang polah kang nora jujur
Yen kabanjur sayekti kojur tan becik
Becik ngupayaa iku
Pitutur ingkang sayektos

Maskumambang
Maratani mring anak putu ing wuri
Den padha prayitna
Ajana kang kuma wani
Mring biyung tanapi bapa


Durma
Ingkang eling iku ngeling ana marang
Sanak kadang kang lali
Den nedya raharja
Mangkono tindak ira
Yen tan nggugu iya uwis
Teka meneng amung aja sok ngrasani

Pangkur
 Sekar pangkur kang winarna
Lelabuhan kang kanggo wong ngaurip
Ala lan becik puniku
Prayoga kawruh ana
Adat waton punika dipun kadulu
Miwah ingkang tata krama
Den kaesthi siyang ratri

Megatruh
Apan ratu kinarya wakil Hyag Agung
Marentahken hukum adil
Pramila wajib den anut
Sapa tan anut mring Gusti
Mrng parentah ing Sang Katong


Pocung
Ngelmu iku kalakone kanthi laku
Lekase lawankas
Tegese kas nyantosani
Setya budya pangekese dur angkara 

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Novel Persahabatan 5 cm

PERSAHABATAN 5 CM Identitas buku Judul Novel : 5 cm Pengarang : Dhonny Dhirgantoro Penerbit : PT. Grasindo Kota Terbit : Yogyakarta TahunTerbit : Mei 2005 Tebal Buku : 381 Halaman ISI RESENSI Sinopsis Didalam Buku 5cm ini menceritakan tentang persahabatan lima orang anak manusia yang bernama Arial, Riani, Zafran, Ian, dan Genta. Dimana mereka memiliki obsesi dan impian masing-masing. Arial adalah sosok yang paling ganteng diantara mereka, berbadan tinggi besar. Arial selalu tampak rapi dan sport. Riani adalah sosok wanita berkacamata, cantik, dan cerdas. Ia mempunyai cita-cita bekerja di salah satu stasiun TV. Zafran seorang picisan yang berbadan kurus, anak band, orang yang apa adanya dan kocak. Ian memiliki postur tubuh yang tidak ideal, penggila bola, dan penggemar Happy Salma. Yang terakhir adalah Genta. Genta selalu dianggap sebagai “the leader” oleh teman-temannya, berbadan agak besar dengan rambut agak lurus berjambul, berkacamata, aktivitas kampus da

4 Tahap Perkembangan Nasionalisme di Indonesia dan Pengertian Konsepsi Wawasan Nusantara

  4 Tahap Perkembangan Nasionalisme di Indonesia Perkembangan nasionalisme di Indonesia melalui tahap-tahap Masa perintis Masa perintis adalah masa di mana semangat kebangsaan melalui pembentukan organisasi-organisasi pergerakan mulai dirintis. Masa ini ditandai dengan munculnya pergerakan Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908. Hari kelahiran Budi Utomo kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional.  Masa penegas Masa penegas merupakan masa mulai ditegaskannya semangat kebangsaan pada diri bangsa Indonesia yang ditandai dengan adanya peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, melalui Sumpah Pemuda tersebut menyatakan diri sebagai satu bangsa yang memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Masa percobaan Melalui organisasi pergerakan, bangsa Indonesia mencoba meminta kemerdekaan dari Belanda. Organisasi-organisasi pergerakan yang tergabung dalam GAPI (Gabungan Politik Ind